Sunday, August 21, 2011

Awalnya Menjanjikan Kemudian Timbul Masalah (Fenomena Biofloc)


Biofloc hmmm...suatu sistem budidaya yang memang saat ini belum dikenal luas oleh masyarakat pembudidaya udang, khususnya para pembudidaya udang secara tradisional. Bagi penerap sistem budidaya secara intensif atau bahkan super-intensif, Biofloc System telah menjadi sitem budidaya bukan rahasia lagi, khususnya bagi pembudidaya udang vanamei - untuk pembudidaya jenis udang windu (Penaeus monodon) biofloc system jarang diterapkan mengingat meskipun udang windu tergolong jenis carnevorous scavenger, ternyata udang windu tidak se lahap vanamei dalam memangsa sintasan yang dihasilkan oleh biofloc.

John Ogle, seorang praktisi perikanan asal Amerika Serikat yang dari tahun 1981 hingga saat ini mengerjakan suatu proyek guna menghasilkan sistem budidaya udang yang sangat menguntungkan bagi Negara Paman Sam, mengemukakan bahwa biofloc pada awalnya merupakan suatu sistem budidaya yang mempunyai prospek yang sangat cerah dalam perkembangan budidaya udang, namun akhir-akhir ini justru memberikan problematika baru. Dalam petikan wawancara antara Bob Rosenberry (pemilik dan pengelola Shrimpnews.com ) dan John Ogle, pada tanggal 9 Agustus 2011 lalu, John Ogle memberikan pemaparan problematika baru yang dihadapi pada penerapan budidaya dengan sistem biofloc. Namun sebelum memaparkan problematika pasca penggunaan sistem biofloc, dia mencoba mengulas kendala yang pada umumnya dialami oleh para praktisi perikanan dalam menerapkan sistem ini, yaitu hal yang seringkali menjadi permasalahan utama adalah besarnya biaya yang digunakan untuk menghadirkan/menciptakan floc-floc dalam kolam pembesaran udang. Terlihat jelas dari banyaknya kolam yang harus dipersiapkan (meliputi kolam pembesara, kolam pengendapan suspensi padat, dan beberapa kolam untuk menyeterilkan air dari bakteri patogen dan sebagainya), banyaknya penggunaan pompa air ditambah aerator guna mensuplai oksigen yang tentunya semua itu membutuhkan biaya yang sangat besar dalam satu kali produksi. Oleh karena itu, John Ogle mencoba menciptakan sistem baru dimana kolam yang dibutuhkan hanya satu yaitu sebagai kolam pembesaran tanpa kolam pengendapan suspensi atau kolam treatment air lainnya, menghilangkan pemakaian pompa air dan hanya memberi inlet dan out-let untuk pemasukan dan pembuangan air seperti pada budidaya tradisional. Dan dari hasil kalkulasi ternyata sistem ini memang jauh lebih murah dibandingkan dengan sistem terdahulu.

Namun, problematika tetap hadir. John Ogle mengungkapkan bahwa problem yang timbul adalah masalah stabilitas dan variablelitas. Dalam percobaan menggunakan beberapa kolam, hanya 30-40% yang mampu bertahan hingga panen sedangkan sisanya pasti mengalami kegagalan, dan untuk alasan atau penyeban kegagalan tersebut belum bisa di pastikan dikarenakan oleh apa, akan tetapi dijumpai bahwa tingkat Nitrit pada kolam yang mengalami kegagalan sangat tinggi. Hipotesa yang sementara bisa disimpulkan adalah kemampuan pertumbuhan udang yang sangat cepat sedangkan produksi bakteri biofloc yang tidak secepat pertumbuhan udang menyebabkan penumpukan nitrit dikarenakan proses penguraian produk sisa dari pakan dan feses terhambat karena pertumbuhan bakteri yang lambat. Dia pun mencoba memberikan inokulan floc pada kolam akan tetapi hasilnyapun tidak seperti yang diharapkan. Kegagalanpun terjadi dan penyebanyapun belum diketahui secara pasti.

John Ogle mengungkapkan, pemakaian sistem biofloc memerlukan perhatian ekstra. Dimana pengamatan tidak hanya sebatas pada tingkat perubahan kualitas air tapi juga pada pertumbuhan floc serta fluktuasi-fluktuasi yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Dia menggambarkan, pengembangan bakteri dalam sekala lab, akan lebih mudah di amati/dikontrol karena semua bisa terkendali baik itu temperatur, pH ataupun nutrisi yang dibutuhkan dalam perkembangannya. Namun untuk sebuah kolam pembesaran udang? segalanya bisa berubah sewaktu-waktu, intensitas cahaya, temperatur, pH, produk sisa dari pakan dan feses seiring dengan pertumbuhan udang, dan tentunya dalam hal ini kontrol tidak hanya pada satu jenis bakteri saja, namun banyak jenis dan tentunya banyak jenis pula yang belom teridentifikasi. Dan masalah ini sangat kompleks.

Dalam sesi tanya jawab tersebut John Ogle juga mengungkapkan bahwa penambahan molases/gula (untuk menstimulasi pertumbuhan bakteri) bisa saja dilakukan dan akan sangat murah jika dalam kuantitas sedikit. Namun bisa dibayangkan bila penambahan gula tersebut digunakan dalam jumlah besar tentunya biayapun akan meningkat. Ditambah lagi apabila ada banyaknya pemakaian aerasi.

Selama ini John Ogle mencoba untuk memanage biofloc yang digunakan dengan cara mengkultur bakteri secara masal kemudian memasukkannya ke dalam kolam. Melakukan pengawasan terhadap perkembangan biofloc dan hasilnyapun lebih stabil dibandingkan sistem biofloc yang diterapkan pada awal percobaan (dengan menumbuhkan bakteri langsung di kolam pembesaran udang). Namun pada akhir sesi tanya jawab, John Ogle mengungkapkan bahwa hal yang terbaik untuk saat ini adalah dengan kembali kepada traditional water closed system dan clear water system. Itu artinya...hmmmm.

See ha? mungkin bisa kita simpulkan bahwa memang prospek penggunaan sistem biofloc sangatlah menjanjikan, akan tetapi besarnya biaya dan kerumitan dalam memanage kemungkinan besar akan menjadi kendala. Akan tetapi kemungkinan sistem ini berkembang ke arah yang lebih baik lagi dan lebih simple lagi masih saja bisa terjadi, seiring kebutuhan masyarakat perikanan dunia yang membutuhkan suatu sistem baru guna menghasilkan produksi yang maksimal. Sementara kita menunggu hasil riset selanjutnya, tidak ada salahnya kita tilik lagi traditional water closed system dan clear water system seperti yang di ungkapkan oleh John Ogle pada akhir sesi tanya jawab.

Sumber :
Shrimpnews.com mailing list
12 Agustus 2011
Pukul 12 : 24 WIB

1 komentar:

Unknown said...

Apakah mas ilham sdh pernah coba budidaya sistem bioflok???. Klo sdh bisa dong dibagi ilmunya...., maaf klo sy sdh coba tp kok tdk spt yg mas ilham posting ya...masalah nitrit/amonia yg tinggi msh bisa diatasi. Malah skrg bioflok dipakai lele bukan udang lagi

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews