Dulu waktu saya berumur 5 tahunan, apabila ditanya orang "apa cita-cita kamu saat kamu besar nanti?" jawaban saya pasti kalo tidak jadi Dokter, Tentara pastinya Insinyur dan tentunya juga Presiden. Keempat jawaban itulah yang sering keluar sebagai jawaban, ya jawaban standar yang mungkin hampir jutaan anak kecil di Indonesia ini yang memiliki jawaban sama apa bila ditanya apa cita-cita mereka saat mereka besar nanti. Dan seiring dengan waktu, menginjak masa SMP, saya pernah menetapkan cita-cita saya dikemudian hari sebagai seorang Tentara. Sampe saya bela-belain ndaptar menjadi siswa Taruna Nusantara di Magelang sana. Tapi alhamdullillah tidak lolos :D mungkin kalo saya terdaftar sebagai siswa Taruna Nusandara dan melanjutkan pendidikan di Akademi Militer, saat ini pastinya saya sudah jadi Jendral bintang 6 :D (ngalahin mbah Soeharto...heheheh). Menginjak masa SMA, saya pernah tertarik lagi pada dunia Kedokteran, tapi belom sempat menetapkan pilihan bahwa saya akan menjadi seorang Dokter. Ntah itu dokter hewan, manusia atau bahkan dokter jin :D . Sebenarnya untuk menjadi seorang Dokter, dorongan dari pihak keluarga sangat kuat tapi saya sangat kurang tertarik. Apalagi ditambah dengan isu mal-praktek yang saat ini sering kali menjali topik utama di televisi. Saya semakin kurang berminat menjadi seorang Dokter karena takut melakukan kesalahan diagnosa dan kesalahan pengobatan sehingga bisa menyebabkan orang lain kehilangan nyawa.
Pada pertengahan studi kelas II SMA, saya sempat berfikir sebenarnya apa ya yang ingin saya lakukan kelak, dan sekiranya apa yang bisa saya lakukan di kampung halaman saya kelak apabila saya telah lulus sekolah/kuliah? awalnya saya sedikit bingung sendiri. Tapi akhirnya saya mendapatkan sebuah keputusan bahwa saya kelak ingin menjadi seorang petambak seperti the great master bapak saya. Pertama kali saya mengutarakan keinginan saya dihadapan keluarga, meraka sedikit heran mengapa saya menetapkan pilihan ingin menjadi seorang petambak. Dan tentunya mereka tetap memberikan sedikit paksaan agar saya memilih pilihan lain dengan memberikan beberapa contoh orang dengan pekerjaannya masing-masing. Akan tetapi saya tetap keukeh dengan pilihan saya tersebut. Saya cuma berpegang pada sebuah kekaguman saya akan kekayaan pesisir dan laut Indonesia dan saya berfikir bahwa potensi perikananlah yang bisa membuat saya mampu mewujudkan sebuah asa di kampung halaman sendiri tanpa jauh dari keluarga. Keputusan itu saya ambil bukan karena bapak saya sendiri adalah seorang petambak, tapi atas keinginan saya sendiri. Toh selama ini saya tidak pernah yang namanya diajari atau bahkan diberitahu mengenai dunia pertambakan itu seperti apa. Dan pada akhirnya keputusan itu sudah final sehingga setelah saya tamat SMA langsung mengambil kuliah di Universitas Diponegoro, Semarang dengan jurusan Perikanan dan fokus pada Program Studi Budidaya Perairan (7 tahun lo :D, PhD kata temen saya "Mas Dodo" - PhD= pas hampir DO )
Setelah 7 tahun akhirnya kuliah saya di perikanan selesai juga :D. Kembali ke kampung halaman adalah pilihan dan keinginan saya dari pertama kali mengambil jurusan perikanan. Saya berkeinginan mengembangkan dunia perikanan di tempat saya, ntah itu perikanan tawarnya atau perikanan lautnya. Saat inipun alhamdulilla saya meskipun masih sekala kecil memulai usaha dibidang perikanan melalui program pembenihan ikan yang saat ini masih di awali dengan pembenihan ikan lele dumbo. Untuk kedepannya mudah-mudahkan bisa mengembangkan jenis ikan lainnya seperti ikan betutu dan sidat yang memang dari awal saya membaca artikel tentang kedua jenis ikan tersebut saya sangat tertarik untuk mencoba mengembangkan. Namun, tidak hanya sebatas itu, sebenarnya banyak harapan dan keinginan saya seperti pengembangan budidaya udang windu (saya paling suka ini) hingga usaha pembenihan kuda laut.
Saat inilah waktu untuk memulai dan saat inilah untuk mewujudkan sebuah asa. Itulah yang selama ini sejak diwisuda yang selalu terlintas di pikiran saya. Dan tentunya untuk memulai segala sesuatu pastinya banyak halangan dan tantangan yang menghadang. Mulai dari segi permodalan hingga kesiapan mental dalam menghadapi persaingan guna memenuhi permintaan pasar. Dan itulah yang menjadi bumbu tersendiri. Kesiapan dan kepercayaan diri sangat sangat di uji. Apakah nantinya saya akan tetap jalan ataukah akan berhenti di persimpangan. Apalagi ditambah dengan keterbatasan relasi yang memang dari pertama kali saya kembali pulang ke kampung halaman sedikit memori ataukah memang perkembangan daerah yang sangat pesat sehingga bisa dikata saya banyak lupa akan seluruh potensi yang ada di daerah saya :D ya ibarat orang bercocok tanam, mungkin inilah yang namanya membabat lahan dari yang awalnya hutan belantara menjadi sebuah lahan yang siap olah dan akhirnya menghasilkan.
Kenapa saya nggak kerja di perusahaan atau menjadi PNS saja? jawabannya ada pada judul postingan ini :) semoga saya berhasil. Amin.
0 komentar:
Post a Comment